Minggu, 03 Februari 2013

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae var. acephala) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ANORGANIK


                                    PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kailan (Brassica oleraceae var. acephala) berasal dari Negeri Cina. Di Indonesia kailan merupakan jenis sayuran baru, tetapi telah menjadi kegemaran keluarga. Bentuk tanaman kailan sepintas lalu mirip dengan sawi/caisim atau kembang kol. Daunnya panjang dan melebar seperti caisim, sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Batangnya agak manis dan empuk di lidah. Sedangkan daunnya enak dan legit. (Tyndall, 1986:).
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi yang menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran pada umumnya dan kailan pada khususnya. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi tersebut ditambah peluang pasar internasional yang cukup besar bagi sawi layak diusahakan ditinjau dari aspek ekonomi atau bisnis (Haryanto, dkk., 2002).
Permintaan pasar untuk ekspor kailan cukup besar yakni 72 ton pertahun sementara Riau hanya mampu menyediakan 25 ton pertahun. Rendahnya produk kailan disebabkan oleh beberapa hambatan antara lain kurangnya penerapan panca usaha tani yakni penggunaan varietas unggul, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit,serta lahan yang trsedia (www.id.wikipedia.org/wiki/kailan 2009)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, produksi tanaman kubis-kubisan khususnya kailan mengalami penurunan dari rata-rata produksi 287,30 kw/ha tahun 2005 menjadi 253,70 kw/ha.menurunya produksi sayuran tersebut disebabkan belum adanya penerapan teknik budidaya yang baik khusushnya di kalangan petani.Penurunan produksi tersebut juga di ikuti dengan terjadinya penerunan luas lahan panen dari 5.897 ha patahun 2005 menjadi 5,461 ha pada tahun 2006.berdasarkan data tersebut perlu di lakukan suatu usaha untuk meningkatkan kembali produksi kailan.salah satunya dengan metode tanam. (www.fp.brawijaya.ac.id/service.php2009)
Karena ketersediaan tanah yang subur dan potensial untuk pertanian sekarang semakin berkurang ,Semakin sempitnya lahan yang dapat ditanami merupakan masalah yang paling banyak dihadapi masyarakat akhir-akhir ini.pertumbuhan penduduk yang pesat disertai perkembangan teknologi dan industri pada akhirnya akan mengeser lahan pertanian menjadi lahan perumahan dan industri.(Hery Tugiono1995)
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit. (www.keperawatan media tanam.2011)
Dari penjelasan di atas maka perlu di lakukan penelitian tentang  PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI  KAILAN(Brassica oleraceae var. acephala) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ANORGANIK










 Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengaruh perbandingan media tanam hidroponik terhadap pertumbuhan dan produksi kailan.     
2.      Untuk mengetahui interaksi kedua faktor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan.
Hipotesis
1.    Ada pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kailan.
2.    Ada pengaruh nyata Interaksi kedua faktor terhadap pertumbuhan dan produksi  tanaman kailan.
Kegunaan Penelitian
1.    Sebagai bahan dalam penyusunan skripsi untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara.
2.    Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berhubungan dengan usaha budidaya tanaman kailan.











TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Kailan
Menurut Steenis (1975) klasifikasi tanaman kailan adalah sebagai berikut:
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Spermatophyta
Subdivisio        : Angiospermae
Kelas                 : Dicotyledoneae
Ordo                  : Papavorales
Famili               : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus                : Brassica
Spesies             : Brassica oleraceae Var. Acephala

Morfologi Tanaman
a.      Akar
Tanaman kalian yang di budidayakan umumnya tumbuhan semusim ( annual ) ataupun dwimusim ( biennual ) yang terbentuk perdu, system perakaran relative dangkal yakni menembus kedalaman tanah antara 20 – 30 cm.
b.      Batang
Batang tanaman kalian umumnya pendek dan banyak mengandung air ( herbaceous ). Di sekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yamg bertangkai pendek.
c.       Daun
Tanaman kalian dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral kearah pucuk cabang tak berbatang. Sebagaian besar sayuran kalian memiliki ukuran daun yang lebih besar dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu daun yang tersusun secara spiral ini slsalu bertumpang tindih sehingga agak mirip kelapa longgar.



d.      Bunga
Tanaman kailan umumnya memiliki bunga berwarna kuning namun ada  pula yang berwarna putih.  Bunganya terdapat dalam tanda yang muncul dari ujung / tunas. Kailan berbunga sempurna dengan 6 benang sari yang sisanya dalam lingkaran luar.
e.       Biji
Buah – buahan kailan berbentuk polong,panjang dan ramping berisi biji. Biji-bijinya bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang digunakan sebagai bahan perbayakan tanaman.

Syarat Tumbuh
Iklim
Untuk penanaman yang kurang mendapat sinar matahari (terlindung), pertumbuhan kailan akan kurang baik dan mudah terserang penyakit, dan pada waktu masih kecil sering terjadi pertumbuhan terhenti (stagnasi, etiolasi) (www.organikpro.com 2010).
Kailan menghendaki keadaan iklim yang dingin selama pertumbuhannya. Suhu yang baik berkisar antara 15-250C serta cukup mendapat sinar matahari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kailan adalah suatu sayuran musim dingin atau lembab, dapat juga pada musim panas jangka pendek. Pertumbuhan kailan sepanjang tahun dan pada musim semi, kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 2000 di atas permukaan laut (Damanik dkk., 2010).

Tanah
Kai Lan sesuai ditanam di pelbagai jenis tanah yang kaya dengan bahan organan dan mendapat cahaya matahari yang cukup serta mempunyai saliran yang baik dan mempunyai suhu di antara 23oC- 35oC dan kelembapan yang tinggi.  pH yang sesuai ialah diantara 5.0 - 6.5.  Sekiranya pH di bawah nilai 5.0 pengapuran perlu dilakukan (Sarief, 1989).
Kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dengan pH 5,5 – 6,5. Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman kailan adalah lempung berpasir (Soemadi, 1996).
Peranan Media Tanam anorganik
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya.Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru.Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.( www.pertanianperak.2012)

keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.(www.feqrastafara.com/)
Penggunaan media krikil  akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembaban dan sirkulasi udara dalam media tanam. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin. (www.feqrastafara.com 2010)
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik.
(cyntiaapriscia.blogspot.com 2012)













BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Percobaan UPT Balai Benih Induk (BBI) Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Sumatra Utara Jl.Jendral Besar A.H.Nasution No.6 Medan.dengan ketinggian Tempat berkisar ± 25M permukaan Laut dengan tofografi datar.
Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Febuari 2013.
Bahan dan Alat
Bahan :
-          Kailan, Pasir,Krikil,Batu bata, dan bahan-bahan lain yang dianggap perlu.
Alat   :
-           Cangkul, garu, parang babat, meteran, rol, schalifer, timbangan, gembor, handsprayer, papan perlakuan, papan judul penelitian, patok standart, alat tulis, kalkulator dan lain sebagainya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 taraf yang diteliti yaitu :
1. Faktor  Media Tanam (T) terdiri atas 4 taraf :
            P1 = Pasir
            K2 = Krikil
            BB3 = Pecahan batu bata
            PK4= Pasir+krikil
            PBB5=Pasir+pecahan batu bata
            KBB6= Krikil+pecahan batu bata
PKKB7 = pasir Krikil+pecahan batu bata
Jumlah Kombinasi Perlakuan 1 x 7 = 7 perlakuan yaitu:
          P1               PK4                PBB5                                    
          K2                  BB3               PBB5                                    
          BB3               K2                   KBB6          
          PK4            P1               P1
             PBB5         KBB6         K2
             KBB6        PBB5         BB3
             PKKB7        PBB5         PK4
Jumlah ulangan adalah :
           (t – 1) (n – 1)                ≥          15
          (16 – 1) (n – 1)               ≥          15
               15 n – 15                   ≥          15
                       15 n                  ≥          15 + 15
                           n                   ≥          30 / 15
   n                   ≥          2                                  n = 3
Jumlah Ulangan                                  : 3 Ulangan
Jumlah Tanaman Sampel                     : 5 tanaman
Jumlah Plot Percobaan                        : 21 Plot
Jumlah Tanaman Per Plot                    :15 tanaman
Jumlah Tanaman Sampel Seluruh       : 105Tanaman

     Menurut Gomez (1995),model Analisis Data untuk rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ti + E ij

Dimana:

Yij= hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

Ti = pengaruh perlakuan ke-i

Eij= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Parameter yang Diamati
1.      Tinggi Tanaman (cm)
2.      Jumlah daun (helay)
3.      Jumlah  klorofil (buah/6 mm2)
4.      Berat tanaman sampel (g)
5.      Berat tanaman per plot (g)
6.      Diameter bonggol (cm)






PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Areal
Areal yang akan digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-rumput dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dengan menggunakan parang babat atau arit, setelah itu lahan dicangkul dengan kedalaman 30 cm kemudian dihaluskan dan diratakan, kemudian lahan baru dapat dibuat plot-plot percobaan.
Pembuatan plot percobaan
Lahan yang telah dibersihkan dan digemburkan dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 100 x 100 cm, dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak ulangan 100 cm. Pembuatan plot dengan arah utara dan selatan.
Aplikasi Pupuk
kailan dibudidayakan dengan menggunakan polibak atau wadah, dapat digunakan pupuk Setelah pengolahan tanah dan pembuatan plot percobaan, pupuk NPK diberikan dengan cara diaduk secara merata, sesuai dengan dosis dan waktu pemberian pada tiap plot percobaan.
Persiapan Bibit
Sebelum ditanam terlebih dahulu dilakukan persemaian agar diperoleh bibit yang seragam dan baik. Benih  kailan direndam dalam air dingin selama 15 menit lalu dikeringkan kembali. Benih tersebut kemudian disemaikan pada sittray dengan media tanam berupa pasir halus, ketebalan pasir yang digunakan kira-kira 3-4 cm dari dasar wadah. Selama 1 minggu di persemaian bibit dipelihara secara intensif terutama penyiraman dan pengawasan terhadap serangan hama atau penyakit. Bibit dirawat hingga siap ditanam ke lapangan setelah mempunyai daun sebanyak 3-5 helai.
Penanaman
Bibit diambil dari tempat persemaian dengan menggunakan sungkit kayu. Untuk memudahkan pencabutan bibit terlebih dahulu disiram dengan air. Bibit ditanam di polibek yang telah disediakan sebelumnya. Biasanya bibit yang dipindahkan telah memiliki daun 4 helai dan penanaman dilakukan pada sore hari.

Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Dengan interval sesuai perlakuan, tetapi dosisnya sama untuk setiap plot.
Pemeliharaan
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati. Tanaman yang mati secepatnya diganti dengan tanaman sisipan yang telah disediakan. Penyulaman paling lambat 5 hari setelah tanam.

Penyiangan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali atau sesuai dengan pertumbuhan gulma dipolibek dengan cara mencabut (manual).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan manual yaitu membunuh dan membuang hama yang menyerang daun tanaman kalian, dengan interval 5 hari sekali,dan apa bila hama dan penyakit sudah melebihi ambang batas ekonomi barulah mengunakan pestisida.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 8 minggu setelah tanam. kailan dipanen dengan cara memotong pangkal batang tanaman di atas tanah.
Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan terhadap tanaman sampel sebanyak 5 tanaman pada saat berumur satu minggu setelah tanam sampai tiga minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali. Pengukuran dilakukan mulai dari patok standard (5 cm dari permukaan tanah) sampai ujung daun tertinggi yaitu dengan meluruskan daun tanaman keatas.

2. Jumlah Daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tiga minggu setelah tanam. Dengan cara menghitung daun yang sudah terbuka sempurna. Perhitungan ini dilakukan dengan interval waktu 1 minggu sekali.
3.      Jumlah  klorofil (buah/6 mm2)
Jumlah klorofil diukur  dengan menggunakan klorofilmeter.  Klorofilmeter dijepitkan kedaun tanaman sawi, ke bagian pinggir, tengah dan ujung daun.  Data yang diperoleh diambil rataannya.
3. Berat tanaman sampel (g)
Berat tanaman ditimbang dengan cara menimbang tanaman sampel yang telah ditentukan.
4. Berat tanaman per plot (kg)
Berat per plot dihitung dengan cara menimbang seluruh tanaman pada setiap plot dan menyertakan tanaman sampel.
5. Diameter Bonggol (cm)
Pengukuran diameter bonggol dilakukan dengan alat schalifer, yaitu dua arah, utara selatan dan timur barat.  Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian (pada saat panen).








DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, E.T. Suhartini dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
http://kasmadi-kasmadi.blogspot.com 2010 kandungan-manfaat-pupuk-npk.html
(http://www.fp.brawijaya.ac.id/ervice.php 2009 )populasi tanaman kailan pada sistem hidroponik
(www.id.wikipedia.org/wiki/kailan 2009)wikipedia indonesia kailan
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Setyati, M. M. 1979. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Steenis 1975. Bertanam Sayur di dalam Pot. PT. Bumi Restu, Jakarta.
Tyndall, 1986:70.Bertanam Sawi. Swadaya, Jakarta.

Sutedjo, M. M. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Warsito, D. P dan Soedijanto. 1982. Sayuran Daun. PT. Bumi Restu, Jakarta.






Lampiran 1. Bagan Areal Percobaan
KBB6

PK4

   P1               
            I                                   II                                 III
                             b
KBB7

   PBB5

   K2
            a                                                                                                       U           
P1

   KBB6

   BB3
                                                                                                                       

   PBB5
   KBB7

K2

PBB5

  P1

   PK4
 


BB3

   K2

   PBB6
                                                                                                  S

  BB3

   PKKB7
PKKB7

 











Keterangan :
Jarak antar plot (a)         = 50 cm
Jarak antar ulangan (b)  =  100 cm